Salah satu daerah di provinsi Jawa Timur yang berbatasan secara langsung dengan provinsi Jawa Tengah adalah Kabupaten Tuban. Tahukah kamu bahwa Kabupaten Tuban merupakan menjadi salah satu titik awal mula penyebaran Islam di nusantara? Ini benar adanya karena ditemukan berbagai bukti makam wali di sepanjang pantai utara Pulau Jawa, tak terkecuali di kawasan Tuban. Itulah mengapa Kota Tuban juga dijuluki dengan’bumi wali’ sebab terdapat sederet makam para kekasih Allah yang dijadikan sebagai tempat peristirahatan mereka di kota ini.
Bukan hanya itu saja melainkan ditemukan juga berbagai bukti pada masa kejayaan Islam yang masih dapat dijumpai dari peninggalan sejarah. Salah satunya yaitu Masjid Agung Tuban Jawa Timur ini. Masjid Agung Tuban Jawa Timur ini menjadi salah satu tempat ibadah umat muslim di Indonesia yang mempunyai sejarah panjang. Tahukah kamu ternyata Masjid Agung Tuban Jawa Timur ini mulanya diberi nama Masjid Jami’? Masjid ini bukan hanya sekedar berdiri dengan bangunan mewah dan megah, tetapi Masjid Agung Tuban Jawa Timur juga sudah dijadikan sebagai simbol semangat religius masyarakat Tuban. Terdapat berbagai hal unik yang bisa diketahui dari Masjid Agung Tuban Jawa Timur. Untuk itu, Simak ulasan berikut ini tentang sejarah Masjid Agung Tuban Jawa Timur.
Sejarah Masjid Agung Tuban
Berdasarkan catatan sejarah, Masjid Agung Tuban dibangun pada masa Syekh Abdurrahman yaitu pada tahun 1467 atau masa Bupati ke-7 Tuban Arya Teja. Beliau juga merupakan menantu dari Bupati ke-6 yaitu Arya Dhikara 1421. Masjid Agung berada di sisi barat alun-alun Tuban. Masjid Agung Tuban ini dijadikan sebagai salah satu kebanggaan bagi warga Tuban.
Tempat dibangunnya masjid ini tidak hanya di pusat kota namun juga bersebelahan dengan Komplek Makam Sunan Bonang yang menjadi salah satu situs penting sejarah tanah Jawa yang selalu ramai diziarahi oleh berbagai lapisan masyarakat dari berbagai wilayah di Indonesia.
Di dalam Masjid Agung Tuban ini terdapat tempat mihrob lama yang menjadi cikal bakal dibangun Masjid Agung pertama kalinya. Setelahnya masjid ini juga sempat mengalami renovasi beberapa kali. Pada tahun 1894 merupakan masjid pertama kali di renovasi, tepatnya pada masa pemerintahan Bupati ke-35 yaitu Raden Tumenggung Koesoemediko.
Pada masa itu Raden Tumenggung Koesoemediko memakai jasa arsitek keturunan Belanda yaitu BOHM Toxopeus. Ini seperti yang dikatakan dalam prasasti yang berada di depan masjid. Masjid Agung Tengah setidaknya mengalami tiga kali renovasi setelah dihancurkan pada masa penjajahan kemudian dibangun lagi oleh Bupati ke-35.
Masjid Agung Tuban ini dari bentuknya saja sudah terlihat mempunyai ciri khas tersendiri. Bentuk bangunan masjid terdiri dari dua bagian yaitu ruang salat utama dan serambi. Desain bangunan masjid tidak mengikuti kebiasaan bentuk masjid yang biasanya dibangun di Jawa namun desain masjid ini lebih mengikuti corak India, Timur Tengah dan Eropa.
Mungkin jika masjid ini dilihat sekilas akan terlihat mirip dengan Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh khususnya pada bentuk beranda yang dipertahankan sampai sekarang. Apabila masjid ini dilihat dari kejauhan maka bentuknya seperti istana dalam dongeng seribu satu malam.
Tetapi sebelum tampilan bangunan Masjid Agung Tuban Jawa Timur Semoga seperti yang terlihat sekarang ini, ternyata masjid telah direnovasi hingga beberapa kali. Seperti yang dilakukan perombakan pada tahun 1894 Di mana pertama kali masjid direnovasi dengan memakai jasa arsitek Belanda yaitu B.O.W.H.M Toxopeus.
baca artikel lainnya: ornamen masjid terindah
Kemudian Masjid Agung Tuban Jawa Timur juga mengalami renovasi selanjutnya pada tahun 1985. Saat itu tujuan renovasi Masjid adalah untuk memperluas bangunan masjid. Setengah itu di tahun 2004 Masjid Agung Tuban Jawa Timur mengalami renovasi yang terakhir.
Ada dan lokasi terakhir yang dilakukan pada tahun 2004, terdapat beberapa perubahan yang cukup terlihat seperti pembangunan sayap kiri dan kanan, penambahan lantai hingga 3 lantai, pembangunan menara berjumlah bangunan dan lain sebagainya. Setelah saat itulah Masjid Agung Tuban Jawa Timur menjadi sangat megah dan indah seperti yang bisa dilihat sekarang ini.
Bangunan Masjid Agung Tuban Jawa Timur menawarkan tampilan luar yang mengingatkan pada Masjid imam di Kota Isfahan di Iran. Itulah mengapa desain Masjid Agung Tuban Jawa Timur seperti bangunan dalam dongeng seribu satu malam. Hal itu dikarenakan tampilan permainan warna pada masjid terutama ketika dilihat pada malam hari. Penggunaan aneka warna terang pada tampilan eksterior Masjid Agung Tuban Jawa Timur menonjolkan bangunan masjid yang berada di tengah-tengah Kota Tuban.
Sedangkan di bagian dalam Masjid Agung Tuban Jawa Timur banyak memakai pola lengkung and untuk menghubungkan tiang penyangga. Hal tersebut bertujuan untuk menghasilkan pola ruang dengan kolom-kolom. Hal tersebut sepertinya terinspirasi dari ruang dalam masjid Cordoba yang berada di Spanyol.
baca artikel sejarah lainnya:
Sedangkan pintu dan mimbar pada Masjid Agung Tuban Jawa Timur memberikan kesan arsitektur khas Nusantara dimana pintu dan limbah tersebut terbuat dari kayu yang ditambahkan dengan ornamen ukiran khas Jawa. Gaya khas ornamen Jawa klasik juga bisa terlihat di sayap mihrab yang terdapat pada tangga dari bahan kuningan.
Bukan hanya itu, Masjid Agung Tuban Jawa Timur juga memiliki keistimewaan lain selain terletak pada pola arsitekturnya. Terdapat museum yang diberi nama Museum Kembang Putih yang berada di sekitar 10 meter dari Masjid Agung Tuban Jawa Timur yang menyimpan berbagai barang-barang bersejarah seperti Kitab Al-Qur’an yang terbuat dari kulit, pusaka, keramik Cina, sarkofagus dan lain sebagainya.
Secara umum, bangunan Masjid Agung Tuban Jawa Timur terdiri dari bangunan utama masjid yang diapit oleh empat menara. Masing-masing menara tersebut berada di empat penjuru masjid, yaitu 2 bangunan menara yang berada di serami sisi depan bagian kiri dan kanan serta dua menara lagi ditambahkan dengan ukuran yang lebih tinggi dari 4 menara lainnya.
Sedangkan kubah utama dari Masjid Agung Tuban Jawa Timur diapit 2 kubah lainnya di antara 6 menaranya yang menjulang. Hal ini terlihat seperti menghadirkan suasana Negeri dongeng dalam kehidupan nyata di Kota Tuban.
Biasanya Masjid Agung Tuban ini selalu ramai didatangi oleh pengunjung, baik itu yang untuk beribadah atau berwisata religi. Namun sayangnya sebab pandemi COVID-19 belum berakhir, kegiatan yang biasa dilakukan di Masjid Agung Tuban lebih dibatasi daripada tahun-tahun sebelumnya. Padahal biasanya terdapat berbagai kegiatan seperti kajian kitab kuning, salat berjamaah hingga berbuka puasa bersama di bulan Ramadhan.
Para jemaah yang mau melakukan salat berjamaah di Masjid Agung Tuban sekarang ini wajib mentaati peraturan Kesehatan baik itu kapan salat Jumat. Sekarang juga pengunjung diwajibkan cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun jika ingin memasuki masjid.
Demikianlah ulasan mengenai sejarah Mas Agung Tuban Jawa Timur. Semoga bermanfaat!